Thursday, February 7, 2013

Ini Ciri-ciri Kerupuk yang Bahayakan Kesehatan Menurut BPOM

Jakarta, Kabar yang beredar di internet menyebutkan kerupuk yang berbahaya akan menyala saat dibakar. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), tidak perlu dibakar pun kerupuk berbahaya akan menyala. Bukan nyala api tentunya, tetapi nyala dari pendar warna atau fluoresensi.

"Warnanya ngejreng, berpendar atau berfluoresensi," kata Kepala BPOM Lucky S Slamet saat menjelaskan ciri-ciri kerupuk berbahaya, usai pencanangan Gerakan Nasional Waspada Obat dan Makanan Ilegal (GN-WOMI) di Kantor BPOM, Jl Percetakan Negara, Jakarta Pusat, Jumat (8/2/2013).

Menurut Lucky, kerupuk dengan ciri-ciri warna ngejreng menunjukkan bahwa kerupuk tersebut mengandung bahan pewarna berbahaya misalnya Rhodamin-B. Sebagian dari bahan tersebut merupakan karsinogen atau penyebab kanker sehingga tidak boleh digunakan sebagai bahan campuran dalam makanan apapun termasuk kerupuk.

Kerupuk dengan bahan pewarna berbahaya banyak ditemukan dalam keseharian. Sulit dikontrol karena dibuat oleh industri kecil, dijual kiloan atau curah sehingga banyak yang tidak punya izin. Dan celakanya, biasanya justru kerupuk warna-warni seperti ini yang banyak digemari karena renyah dan rasanya gurih.

Mengenai isu kerupuk yang digoreng dengan minyak mengandung plastik, Lucky mengatakan sejauh ini BPOM belum pernah menemukan. Ia meminta masyarakat bisa memilah antara informasi yang benar dengan informasi yang hanya meresahkan. Menurutnya, informasi soal kerupuk mengandung plastik termasuk yang meresahkan karena belum pernah ditemukan BPOM.

"Kerupuk itu kalau dibakar, karena mengandung minyak, pasti akan menyala. Semua yang mengandung minyak kalau dibakar akan menyisakan bekas seolah-olah mengandung plastik. Dan kami telah menguji, hasilnya tidak ada (kandungan plastik)," kata Lucky.

Sebagaimana diberitakan detikHealth sebelumnya, kerupuk mengandung 75 persen tapioka. Bahan tersebut jika dibakar akan menjadi karbon atau arang sehingga tampak gosong. Dan karena 18 persen minyak yang dipakai untuk menggoreng akan terserap, maka kerupuk akan menjadi seperti sumbu lampu minyak yang akan menyala jika dibakar.

Kerupuk yang digoreng dengan minyak yang dicampur plastik sejauh ini memang belum ditemukan BPOM. Namun bila ada makanan yang terkontaminasi plastik, menurut dr Andhika Rachman, SpPD, FINASIM, ahli kanker dari RS Dharmais, masuk ke pencernaan susah diserap dan mengendap dalam tubuh. Pada tahap awal bisa menyebabkan iritasi, tapi lama-lama juga bisa memicu mutasi dan menyebabkan kanker.

Dr Andhika menuturkan kanker yang diakibatkan makanan berplastik atau bahan-bahan berbahaya lain mungkin baru muncul 10 - 15 tahun setelah terpapar. Tapi yang lebih dikhawatirkan adalah keberadaan bahan berbahaya di dalam tubuh yang bisa mengganggu proses pencernaan.

Sumber : detik.com

Tuesday, February 5, 2013

Dampak Minum Soda Setiap Hari, Baru Umur 25 Tahun Sudah Tak Punya Gigi

Australia, Sudah banyak penelitian membuktikan bahwa soda dapat merusak gigi. Seorang pria asal Australia ini sudah merasakan betul dampaknya. Gara-gara tiap hari minum soda, kini ia sudah tidak punya gigi meski usianya baru 25 tahun.

William Kennewell terpaksa menggunakan gigi palsu lengkap karena ia mengalami kerusakan gigi parah dan harus kehilangan semua giginya akibat minum 6-8 liter soda setiap hari.

Pemuda yang bekerja di hotel ini sudah berulang kali diperingatkan oleh dokter untuk meninggalkan kebiasaan buruknya, tapi ia selalu mengabaikannya dan tetap mengonsumsi minuman kesukaannya tersebut.

Akibatnya, semua giginya mengalami pembusukan dan kini harus menggunakan set lengkap gigi palsu di usia 25 tahun.

Tak hanya itu, kegemarannya menenggak minuman manis dan bersoda bahkan membuatnya mengalami keracunan darah.

"Saya minum antara 6 hingga 8 liter minuman ringan, sebagian besar cola (minuman berkarbonasi), setiap hari. Saya diberitahu bahwa orang normal punya 23 gigi, tapi saya hanya punya 13 dan itu harus disingkirkan," ujar William Kennewell, kepada The Advertiser, seperti dilansir Dailymail, Rabu (6/2/2013).

Pada kenyataannya, kebanyakan orang dewasa memiliki 28 atau 32 gigi, tergantung apakah mereka rajin merawat gigi. Yang dialami Kennewell bahkan lebih buruk lagi.

Kennewell yang tinggal di Salisbury, Adelaide, mengaku mulai gemar minum soda sejak bekerja di industri perhotelan. Ia merasa memiliki akses yang mudah untuk mendapatkan minuman berkarbonasi tersebut di hotel.

"Karena gigi saya membusuk begitu parah, hal ini menyebabkan keracunan darah yang hanya membuat saya sakit. Tapi kesehatan saya membaik dengan gigi palsu," jelasnya.

Ahli kesehatan Australia kini menggunakan kecanduan Kennewell sebagai studi kasus untuk menunjukkan mengapa anak-anak harus menghindari minuman bersoda.

Dr Jason Armfield, peneliti senior Australian Research Centre for Population Oral Health telah menyerukan peringatan kesehatan pada label minuman ringan untuk memasukkan risiko kerusakan gigi.

Sumber : detik.com

Kopi Mengurangi Risiko Kanker Prostat

superwpp.com
Kopi merupakan minuman yang digemari oleh siapa pun. Rata-rata konsumsi kopi per tahun mencapai 1,1 kg per kapita di dunia, sedangkan di negara industri mencapai 4,5 kg. Ada dua jenis kopi, yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Kopi robusta lebih murah dan memiliki citarasa tidak sebaik kopi arabika.
Kopi mengandung fenol, asam klorogenat, kafein, dan tokoferol. Fenol yang dikandung oleh kopi berasal dari tanaman. Fenol ini merupakan antioksidan kuat dan mirip dengan antioksidan yang terdapat pada beri dan termasuk flavonoid dan lignin. Antioksidan dari tanaman ini dipercaya dapat melindungi tubuh dari kerusakan sel dan penyakit yang melibatkan sistem kardiovaskular dan kanker.
Kandungan senyawa yang paling dikenal tentunya kafein. Kafein dapat meningkatkan fungsi kognitif dan dapat mencegah perkembangan penyakit Parkinson dan Alzheimer. Kafein mungkin tidak baik untuk beberapa orang yang memiliki jantung yang kurang sehat karena kafein dapat meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Selain itu, kopi dapat menyebabkan efek stimulasi, sulit tidur, nervousness, dan respon-respon fisiologis lain.
Lalu, apa hubungannya konsumsi kopi dengan kanker prostat? Para peneliti menduga bahwa konsumsi kopi berkaitan erat dengan meningkatnya risiko kanker prostat. Kanker prostat merupakan salah satu kanker yang dapat menyebabkan kematian pria di Amerika Serikat. Penelitian yang terkini menunjukkan bahwa konsumsi kopi tidak berkaitan dengan adanya risiko kanker prostat.
Konsumsi kopi ternyata dapat menurunkan faktor pertumbuhan (IGF-1) yang berkaitan dengan meningkatnya insiden kanker prostat. Kopi dikenal sebagai sumber antioksidan dan banyak penelitian yang menyarankan bahwa konsumsi kopi dapat menurunkan inflamasi. Inflamasi ini memainkan peranan penting dalam perkembangan kanker prostat.
Ada kemungkinan semakin tinggi konsumsi kopi dapat melindungi kita dari kanker prostat dengan menurunkan aktivitas inflamasi di dalam tumor. Kopi juga ternyata diketahui dapat menurunkan risiko kanker kandung kemih, payudara, leukemia, dan pankreas.

Sumber : intisari-online.com

Sunday, February 3, 2013

Iwan Fals : Bisa dibilang lagu-lagu saya dari tahun 70 itu terdorong dari kopi

Iwan Fals (Foto: Egie Gusman/okezone)
Jadi seorang musisi yang paling berat adalah membuka keran inspirasi demi sebuah karya yang bisa jadi monumental. Iwan Fals salah satu musisi yang berhasil mencapai itu, dia mengaku dibantu kopi saat mengalirkan sebuah ide brilian dalam karya musik menjadi nyata.

Tak salah jika dia kini menjadi ikon salah satu produk kopi dengan promo yang cukup masif di televisi.

"Bisa dibilang lagu-lagu saya dari tahun 70 itu terdorong dari kopi," kata Iwan saat ditemui di Jakarta Selatan, Kamis (26/7/2012).

Pemilik nama asli Virgiawan Listanto ini menuturkan kebiasaannya minum kopi sejak di bangku SMP.

"Enggak tau kenapa, butuh saja saya sama ngopi, makanya saya enggak terlalu kaget kalau kopi itu minuman terbesar kedua di dunia, walau saya baru tahu juga. Hahaha" kata Iwan.

Ikon dari kaum tertindas ini biasa minum kopi dua kali sehari, biasanya nikmat diseruput saat main musik.

"Paling sore-sore, latihan di rumah, kalau main di panggung, ngeliat suasana panggung yang enak, jadi suka, wah ngopi enak nih," kata pemilik lebih dari 30 album ini.

Sumber : music.okezone.com

Menikah Jadi Makin Asyik karena Turunkan Risiko Serangan Jantung

(Foto: Thinkstock)
Menikah memang terbukti menyebabkan stres, baik pada pria maupun wanita. Tapi bukan berarti menikah itu tak ada gunanya. Justru menurut sebuah studi baru, manfaatnya sangat besar bagi kesehatan jantung, terutama mencegah serangan jantung yang mematikan.

Meski sebenarnya manfaat penurunan risiko kejadian koroner akut ini dapat dirasakan oleh pasangan usia berapapun, namun peneliti menekankan bahwa manfaat paling kuat terlihat pada pasangan paruh baya.

"Sejauh ini pria dan wanita paruh baya yang menikah dikatakan memiliki prognosis (prediksi) kejadian koroner akut yang paling baik, baik ketika sebelum diopname maupun setelah mencapai rumah sakit dalam keadaan masih hidup," ungkap peneliti Dr. Aino Lammintausta dari Turku University Hospital, Finlandia.

Kesimpulan ini diperoleh setelah peneliti me-review data kejadian serangan jantung yang terjadi antara tahun 1993-2002 pada orang-orang berusia di atas 35 tahun yang pernah mengalami kondisi tersebut. Data yang sama juga mencantumkan informasi tentang status pernikahan, jumlah anggota keluarga serta karakteristik demografis lainnya.

Total dalam 10 tahun tercatat ada 15.330 kejadian serangan jantung dan lebih dari 7.700 kasus kematian yang hanya berjarak sekitar satu bulan dari serangan jantung pertama.

Selain itu, meski secara keseluruhan risiko serangan jantung antara pria dan wanita hampir sama, namun ketika diamati lebih dekat, risiko serangan jantung bagi pria yang tak menikah sebesar 58-66 persen, sedangkan bagi wanita mencapai 60-65 tahun, dibandingkan dengan orang yang menikah dengan usia berapapun.

Risiko kematiannya pun meningkat tajam bagi pria dan wanita yang tidak menikah. Kematian dalam kurun waktu 28 hari pasca serangan jantung ditemukan 60 sampai 168 persen lebih tinggi terjadi pada pria yang tak menikah. Sedangkan bagi wanita yang tak menikah, angka kejadiannya mencapai 71 sampai 175 persen, dibandingkan dengan yang menikah.

Belum termasuk tingkat kefatalan serangan jantungnya. Studi ini menemukan tingkat kefatalan serangan pada pria dan wanita lajang berusia 35-64 tahun jauh lebih tinggi daripada orang yang menikah atau berkeluarga, terlepas apapun status pernikahannya.

Dilansir dari cbsnews, Senin (4/2/2013), peneliti menduga orang yang menikah memiliki kebiasaan sehat yang lebih baik dan memperoleh lebih banyak dukungan sosial ketimbang orang yang tidak menikah sehingga meningkatkan kondisi kesehatannya secara menyeluruh.

Lagipula memiliki teman hidup memberikan bantuan tambahan ketika terjadi situasi darurat seperti serangan jantung.

"Asumsinya, resusitasi atau pemanggilan bantuan jadi bisa dilakukan lebih cepat jika kita memiliki pasangan," kata peneliti.

Bahkan efek ini akan terbawa sampai pasien meninggalkan rumah sakit. Pasalnya peneliti juga menemukan pria lajang lebih malas mematuhi aturan minum obat yang telah ditentukan seperti aspirin, statin, beta-blocker sehingga menurunkan peluang si pasien untuk bertahan hidup.

Sumber : detik.com